cover
Contact Name
Fidrayani
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
psga@uinjkt.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota tangerang selatan,
Banten
INDONESIA
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender
ISSN : 14122324     EISSN : 26557428     DOI : 10.15408/harkat
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender is published by the Center for Gender and Child Studies (Pusat Studi Gender dan Anak) LP2M, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. the journal has been issued two times a year. Harkat invites scholarly articles on gender and child studies from multiple disciplines and perspectives, including religion, education, psychology, law, social studies, etc.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(1), 2018" : 8 Documents clear
POLA ASUH ANAK DALAM KELUARGA PEMULUNG inayati ma'rifah; Cut Dhien Nourwahida; Andri Noor Adriansyah
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(1), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3684.61 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i1.10400

Abstract

Abstract.The study of child care in the family scavenger in Jurang Mangu Timur South Tangerang. The goal is to find out how this kind of upbringing applied parents who work as scavengers. The research method using qualitative methods, and the type of research is descriptive. Researchers took the data by interviewing, observation and documentation. Informant was a parent who worked as scavengers and their children aged 4-12 years old. The results showed that parenting in a family scavenger leads to authoritarian upbringing. That pattern of care that have rigid rules in raising children. Each violation subject to physical punishment, verbal and psychological. Rarely praise or reward obtained when children obey this parents. Few or never existed to justify the praise children's behaviour.  when they implement the rules. Low income levels have influenced parenting applied to the scavenger families. Income earned by only family scavenger Rp.400.000.00 until Rp600.000.00 every month, because of a low income, they even employ their children find stuff. They do not spoil the child, and also rare to spoil a child. Abstrak. Studi pengasuhan anak di pemulung keluarga di Jurang Mangu Timur Tangerang Selatan. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana cara pengasuhan yang diterapkan orangtua yang bekerja sebagai pemulung. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif, dan jenis penelitiannya adalah deskriptif. Peneliti mengambil data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Informan adalah orang tua yang bekerja sebagai pemulung dan anak-anak mereka yang berusia 4-12 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengasuh anak dalam pemulung keluarga mengarah pada pengasuhan yang otoriter. Itulah pola asuh yang memiliki aturan kaku dalam membesarkan anak. Setiap pelanggaran dikenakan hukuman fisik, verbal dan psikologis. Jarang pujian atau hadiah didapat saat anak-anak mematuhi orang tua ini. Beberapa atau tidak pernah ada untuk membenarkan perilaku pujian anak-anak. Ketika mereka menerapkan aturan. Tingkat pendapatan yang rendah telah memengaruhi pola asuh yang diterapkan pada keluarga pemulung. Penghasilan yang diperoleh hanya oleh pemulung keluarga Rp.400.000,00 hingga Rp600.000,00 setiap bulan, karena penghasilan yang rendah, mereka bahkan mempekerjakan anak-anak mereka mencari barang. Mereka tidak memanjakan anak, dan juga jarang memanjakan anak. 
Partai Politik dan Keterwakilan Perempuan (Analisis Problematika Partai Politik dalam Memenuhi Keterwakilan Perempuan di DPRD) ana sabhana azmy; Isnaini Anis Farhah
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(1), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3073.171 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i1.10396

Abstract

Abstract.This research investigates the problems of political parties in meeting the quota of women’s representation in Parliament of Lebak Regency for the period 2014-2019. The objectives of this research are to know the importance of women’s representation and to analyze the barriers that caused difficulties for political parties to fulfill women’s representation in Parliament of Lebak Regency for the period 2014-2019. Method that used in this research is qualitative research with documentation and interview as the data collection technique. Theories used in this research are political party theories by Larry Diamond and women's representation by Anne Phillips and Nadezhda Shvedova. The research found two findings. First,  women’s representation in Parliament of Lebak Regency is strongly important.  Due to the presence of women in Parliament of Lebak Regency can bring women’s interests in politics. Second, the importance of women’s representation in Parliament of Lebak Regency is not supported by a quota of women’s representation in Parliament of Lebak Regency at which only 14%. There are three barriers that caused difficulties for political parties to fulfill women’s representation quota in Parliament of Lebak Regency for the period 2014-2019, namely political barriers, socio-economics barriers, and ideological and psychological barriers.  Abstrak. Penelitian ini membahas tentang problematika partai politik dalam memenuhi kuota keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Lebak periode 2014-2019. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pentingnya representasi keterwakilan perempuan dan menganalisis kendala-kendala yang menyebabkan partai politik sulit memenuhi keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Lebak periode 2014-2019. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu studi dokumentasi dan wawancara. Teori yang digunakan adalah teori partai politik dari Larry Diamond dan teori keterwakilan perempuan dari Anne Philips dan Nadezhda Svedova. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, representasi keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Lebak sangat penting. Hal ini karena dengan hadirnya perempuan di DPRD Kabupaten Lebak dapat membawa kepentingan-kepentingan perempuan dalam politik. Kedua, pentingnya representasi perempuan di DPRD Kabupaten Lebak tidak didukung dengan kuota keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Lebak yakni hanya 14%. Ada tiga kendala yang menyebabkan partai politik sulit untuk memenuhi kuota keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Lebak periode 2014-2019 yaitu kendala politik, kendala sosio-ekonomi, serta kendala ideologis dan psikologis. 
KONSEP PENDIDIKAN ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT BETAWI mahmudah fitriyah Z.A
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(1), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5729.907 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i1.10401

Abstract

Abstract. The topics of education always interest to be discused. Indonesia as a developing country should be vigorous in paying attention to the problems of the children as the nation's next generation, especially in the field of education. Economic demands that are not balanced with the ease of getting education are interesting to be discussed as well. Educational facilities and infrastructure are growing rapidly. Nonetheless, there are some of our society who think that education is not important. Moreover, if education associated with women, there are plenty of our society who think that girls do not need a higher education. These phenomena are often heard in our society. The reluctance for going to school or college is a problem that has not been answered yet up to now. The story of campus life around them does not have an impact on their mindset about education. Hence, this research aimed to investigate the problem. This research is conducted by using qualitative method with observation and interview. This research is expected to gather data about the concept of education for girls on Betawi society. The innitial background of this research is that there is a presumption that the Betawi society who have a desire to work quickly but ‘lazy to school’ become interesting to be studied. In addition, they live adjacent to the campus then why their mindset remains unchanged?. Abstrak. Pembicaraan tentang pendidikan selalu menjadi hal yang menarik. Indonesia sebagai negara berkembang seharusnya gencar dalam memperhatikan persoalan anak bangsa sebagai generasi penerus bangsa khususnya dalam bidang pendidikan. Tuntutan ekonomi yang tidak seimbang dengan mudahnya mendapatkan pendidikan menjadi satu hal yang menarik. Fasilitas mencakup sarana dan prasarana pendidikan berkembang dengan pesat. Tapi, disayangkan masih ada sebagian masyarakat kita yang menganggap pendidikan bukanlah hal penting. Apalagi jika dikaitkan dengan perempuan, masih banyak masyarakat kita yang menganggap anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Apalagi sampai jenjang perguruan tinggi. Fenomena ini begitu sering terdengar di masyarakat kita. Keengganan untuk bersekolah lanjut atau ke perguruan tinggi menjadi suatu tanda tanya yang tidak pernah terjawab sampai saat ini. Hingar-bingarnya kehidupan kampus di sekitar mereka ternyata tidak berdampak pada pola pikir mereka tentang pendidikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu melakukan pengamatan dan percakapan langsung. Penelitian ini diharapkan dapat mengumpulkan data tentang konsep-konsep pendidikan bagi anak perempuan pada masyarakat Betawi. Dugaan awal penelitian ini adalah, masyarakat Betawi yang kecenderungan ingin cepat bekerja, tapi ‘malas sekolah’ menjadi menarik untuk diteliti, apalagi tempat tinggal mereka yang berdekatan dengan dunia kampus, mengapa pola pikir mereka tetap tidak berubah?. 
ADVOKASI PELAYANAN KESEHATAN BAGI BURUH PEREMPUAN nurkhayati nurkhayati
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(1), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3010.691 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i1.10397

Abstract

Abstract. Employment development as integral part of national development based on Pancasila and the 1945 Constitution, is held in order development human completely and development the entire Indonesian community for improve dignity, respect and self-esteem of workers and manifest the society whose prosperous, fair, affluent physically and spiritually. Given the importance of the role of laborers in development, especially in the production process, it is naturally that protection, maintenance and development for the welfare of laborers, especially women laborers, should be carried out. Because the laborer position is very weak in compare with the bussinesmen. The position of weak laborer requires the bussiness men to give away social protection guarantee to their laborers. Social guarantee is the right of entire citizen including permanent foreigners. Violations of the implementation of social guarantee means violations of human rights (HAM). This is in line with the mandate of the 1945 Constitution that has been amended namely article 28 letters d (1 and 2),  letter h (3), and article 34 (2); state that the country protects every citizens and entitled on protection from all kinds of danger, intimidation and equal treatment in carrying out their life. In fact, not all companies giving socal guarantee for their laborers, especially women laborers. In which many women laborers are still catagorized as single even though they are the backbone of the family,—because of having unemployed husband or as single parent. Thus, real action in form of advocacy is needed to change the company’s policies. Advocacy is a powerful way to bring positive changes and empower people in their lives.Abstrak. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945, dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri tenaga kerja serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, makmur dan materiil maupun spriritual. Mengingat pentingnya peranan buruh dalam pembangunan khususnya dalam proses produksi, sudah sewajarnya dilakukan perlindungan, pemeliharaan dan pengembangan terhadap kesejahteraan buruh khususnya buruh perempuan, karena posisi buruh yang sangat lemah jika dibandingkan dengan posisi pengusaha. Posisi buruh yang lemah mengharuskan pengusaha untuk memberikan perlindungan jaminan sosial terhadap para pekerjanya. Jaminan sosial merupakan hak setiap warga negara bahkan termasuk warga negara asing yang menetap. Pelanggaran terhadap pelaksanaan jaminan sosial berarti pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM). Hal ini sejalan dengan amanat UUD 45 yang telah diamandemen yaitu pasal 28 huruf d (1 dan 2) dan huruf h (3) juga pasal 34 (2); pasal-pasal tersebut menjelaskan bahwa negara melindungi setiap warganya dan berhak atas perlindungan dari segala macam bahaya, intimidasi dan perlakukan yang sama dalam menjalankan hidupnya. Dalam pelaksanaan dilapangan, tidak semua perusahaan melaksanakan jaminan sosial bagi para buruhnya, terutama buruh perempuan. Dimana banyak buruh perempuan yang masih dikategorikan lajang padahal mereka adalah tulang punggung keluarga, baik karena suami yang tidak bekerja maupun sebagai single parent. Sehingga dibutuhkan tindakan nyata dalam bentuk advokasi untuk merubah kebijakan perusahaan tersebut. Advokasi adalah cara ampuh untuk membawa perubahan positif dan memberdayakan orang dalam kehidupan mereka. 
Program Sekolah dalam Upaya Pencegahan NAPZA Fidrayani Fidrayani; Desiana Utami
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(1), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3596.588 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i1.10406

Abstract

Abstract. Narcotics in unattended use can have a negative impact. The impact is potential to destroy the youth generation. It is necessary to hold the drug prevention programs, especially in schools as one of ways to prevent the widespread negative impact. The prevention can be through the role of parents, teachers and stakeholders as part of the community. The teachers’ role is divided into four sub-role, namely as educators, as advisors, as mentors, and particularly as problem solvers. The role of teachers certainly will not have power if it is not supported by the role of schools. Effots that are conducted by school stakeholder are as follow: a) compose the school rules; b) conduct inspections intensively and spontaneously; c) cooperate with related institutions for counseling and socialization; d) utilize extracurricular activities as means of prevention; e) integrate drug awareness into learning curriculum; (f) maximize the tasks as the effort of drug abuse prevention. Expectedly, these drug prevention efforts can be implemented by all schools as one of ways to prevent the destruction of the nation through NAPZA. Abstrak. Narkoba dalam penggunaan yang tidak diawasi dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak tersebut tidak menutup kemungkinan dapat merusak generasi muda. Salah satu cara agar bahaya tersebut tidak meluas dampaknya, maka perlu program pencegahan terutama di sekolah. Pencegahan tersebut dapat melalui peran orang tua, guru dan pemangku kebijakan sebagai bagian dari masyarakat. Peran guru dibagi dalam empat yakni sebagai pendidik, penasehati, pembimbing dan lebih utama lagi sebagai problem solver. Peran guru ini tentu tidak akan memiliki kekuatan jika tidak didukung oleh peran sekolah. Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah a) membuat tata tertib sekolah, b) melakukan razia intensif dan spontan, c) bekerjasama dengan instansi terkait guna penyuluhan dan sosialisasi, d) menggunakan ekstrakurikuler sebagai sarana pencegahan, e) memasukkan materi tentang narkotika ke dalam kurikulum pengajaran, f) memaksimalkan tugas dalam upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Diharapkan agar upaya pencegahan tersebut dapat diikuti oleh semua sekolah sebagai salah satu usaha untuk mencegah rusaknya anak bangsa melalui NAPZA. 
PERLINDUNGAN ANAK PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PERUNDANG-UNDANG nurlaila harun
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(1), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2926.138 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i1.10398

Abstract

Abstract. Children are children, and not little adults. Thus, the treatment of children whether involved in criminal acts or those experiencing social problems must be addressed for the welfare of children. The need for children adoption within Indonesian Islamic community will also be increasingly important for those who need it, in order to obtain legal certainty in which can be obtained by a court decision including the decision of the Religious Court. The marriage law and religious justice law have regulated in detail about child care and guardianship which are compiled in a compilation of Islamic law. The Law on Religious Courts explicitly states that the Religious Courts are a court for Muslims regarding cases or matters that are in its authorities. Muslims in this case are not only adults but also children. Unfortunately, the issue of children protection is not referred explicitly in the authorities of the Religious Courts. However, to serve and to fulfill the legal needs of Muslims regarding to child care, the Religious Courts, at the request of someone who adopts a child based on Islamic law, may issue a decision on adoption in terms of the child concerned as a proof of completion of the will must be regulated in the Compilation of Islamic law of Religious Courts. Consequently, the rights and obligations of parents who have adopted children with Islamic law have special characteristics that are different from the rights and obligations of parents who have adopted children without Islamic law. Abstrak. Anak-anak adalah anak-anak, dan bukan orang dewasa kecil. Dengan demikian, perlakuan terhadap anak-anak apakah terlibat dalam tindakan kriminal atau mereka yang mengalami masalah sosial harus ditangani untuk kesejahteraan anak-anak. Kebutuhan adopsi anak dalam komunitas Islam Indonesia juga akan semakin penting bagi mereka yang membutuhkannya, untuk mendapatkan kepastian hukum yang dapat diperoleh melalui keputusan pengadilan termasuk keputusan Pengadilan Agama. Hukum perkawinan dan hukum keadilan agama telah mengatur secara rinci tentang pengasuhan anak dan perwalian yang disusun dalam kompilasi hukum Islam. Undang-Undang tentang Pengadilan Agama secara eksplisit menyatakan bahwa Pengadilan Agama adalah pengadilan bagi umat Islam tentang kasus atau hal-hal yang ada dalam otoritasnya. Muslim dalam hal ini tidak hanya orang dewasa tetapi juga anak-anak. Sayangnya, masalah perlindungan anak tidak dirujuk secara eksplisit dalam otoritas Pengadilan Agama. Namun, untuk melayani dan memenuhi kebutuhan hukum umat Islam terkait perawatan anak, Pengadilan Agama, atas permintaan seseorang yang mengadopsi anak berdasarkan hukum Islam, dapat mengeluarkan keputusan tentang adopsi dalam hal anak yang bersangkutan sebagai bukti penyelesaian kehendak harus diatur dalam Kompilasi hukum Islam Pengadilan Agama. Akibatnya, hak dan kewajiban orang tua yang mengadopsi anak dengan hukum Islam memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan hak dan kewajiban orangtua yang mengadopsi anak tanpa hukum Islam. 
TEORI FEMINISME: SEJARAH, PERKEMBANGAN DAN RELEVANSINYA DENGAN KAJIAN KEISLAMAN KONTEMPORER Nuril Hidayati
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(1), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3322.73 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i1.10403

Abstract

Abstract. Feminism as a system of ideas is a broad-based framework and study of social life and human experience that evolves from a women-centered perspective. It’s long history is a mirror of the batle on how to bring about justice for humanity to be real. Feminism ignites the Muslim consciousness of the reality of gender inequality. This awareness leads to the understanding that the estrangement of gender imbalances begins with the disparity of the meaning of religious texts with the reality of the historicity. The fusion between feminist theory as part of modern theory and islamic studies (contemporary interpretation of religious law) offers the solution of humanitarian problems through a balanced of judgment in women and men. Finding relevant Islamic values in gender mainstreaming has a positive impact on social justice. Developing Islamic studies as how to find the esoteric value that underlies life within the framework of religious social transformation. Affirming that Islam does not merely address the classical and theological issues of Fiqh, but also inspires human beings to judge and treat their fellow human beings as God's creatures with dignity and prestige so it is natural to be respected and treated fairly. Abstrak. Feminisme sebagai sistem gagasan sebagai kerangka kerja dan studi kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang berevolusi dari perspektif yang berpusat pada perempuan. Ini sejarah panjang sebagai cerminan dari tanggung jawab tentang bagaimana mewujudkan keadilan bagi umat manusia menjadi nyata. Feminisme menyulut kesadaran Muslim tentang realitas ketidaksetaraan gender. Kesadaran ini mengarah pada pemahaman bahwa pengasingan ketidakseimbangan gender dimulai dengan perbedaan makna teks-teks agama dengan realitas historisitas. Perpaduan antara teori feminis sebagai bagian dari teori modern dan studi Islam (interpretasi kontemporer hukum agama) menawarkan solusi masalah kemanusiaan melalui keseimbangan penilaian pada wanita dan pria. Menemukan nilai-nilai Islam yang relevan dalam pengarusutamaan gender memiliki dampak positif pada keadilan sosial. Mengembangkan studi Islam sebagai cara menemukan nilai esoteris yang mendasari kehidupan dalam kerangka transformasi sosial keagamaan. Menegaskan bahwa Islam tidak hanya membahas masalah klasik dan teologis Fiqh, tetapi juga mengilhami umat manusia untuk menghakimi dan memperlakukan sesama manusia sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat dan bermartabat sehingga wajar untuk dihormati dan diperlakukan secara adil. 
REINTERPRETASI AYAT GENDER DALAM MEMAHAMI RELASI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (Kajian Kontekstual QS An-Nisa` ayat 34) mayola andika
Jurnal Harkat : Media Komunikasi Gender JURNAL HARKAT : MEDIA KOMUNIKASI GENDER, 14(1), 2018
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3422.519 KB) | DOI: 10.15408/harkat.v14i1.10399

Abstract

Abstract. Nowadays, the issues of gender become hot topics to be discussed. It caused by the reality of some society who still hold the principle of patriarchal culture. Men tend to get the privileges than women. Basically, Islam upholds equality between men and women. Islam is believed as an ideal religion that is revealed for lift level and free up women from Jahiliyyah tradition in which marginalize women’s position. Verses of the Qur'an have revealed the equality of man and women and outline the equation in between both of them. As for the difference is their level of devotion. However, in religious empirical reality, the problem of gender bias arises whilst understanding and interpreting the religion texts. The misinterpretation then brought up the problem interrelated with men and women relation, for instance injustice, subordination, discrimination, and marginalization. Thus, the author assumes that a review of the interpretations of the verses and models of interpretation that tend to marginalize the role of women is needed to be conducted. In this research, the author elaborates of how the relation betwen men and women in Al-quran’s perspective through reinterpretation of Surat An-Nisa, verse 34 in contextual. The author focuses on the gender studies and connect it with the concept of men and women equality with descriptive-analitics method. Abstrak. Dewasa ini isu gender hangat diperbincangkan. Hal itu dilatarbelakangi oleh realitas masyarakat yang sebagian masih memegang prinsip budaya patriaki. Laki-laki mendapatkan hak-hak istimewa, sedangkan kaum perempuan cenderung dinomorduakan. Islam pada dasarnya menjunjung tinggi kesetaraan. Agama Islam diyakini sebagai agama yang ideal. Diturunkan untuk mengangkat derajat dan membebaskan perempuan dari tradisi jahiliyyah yang memarginalisasi kedudukannya. Ayat al-Qur’an telah mengungkapkan kesetaraan laki-laki dan perempuan serta menggariskan persamaan kedudukan di antara keduanya. Adapun yang membedakan adalah tingkat ketaqwaan. Namun, dalam realitas empiris keagamaan timbul problem pemahaman dan penafsiran teks-teks agama yang bias gender. Hal tersebut kemudian memunculkan masalah berkaitan dengan relasi laki-laki dan perempuan, seperti ketidakadilan, subordinasi, diskriminasi, dan marginalisasi. Untuk itu penulis menganggap perlu adanya peninjauan ulang interpretasi ayat dan model penafsiran yang cenderung meminggirkan peranan kaum perempuan. Dalam penelitian ini penulis memaparkan bagaimana relasi laki-laki dan perempuan dalam perspektif al-Qur’an melalui reinterpretasi terhadap penafsiran QS an-Nisa` ayat 34 secara kontekstual. Penulis memfokuskan kajian gender dan menghubungkannya dengan konsep kesetaraan laki-laki dan perempuan dengan metode deskriptif-analitis. 

Page 1 of 1 | Total Record : 8